weplaywordgames – , Jakarta – Mendaki gunung tak lagi dianggap sepenuhnya sebagai olahraga ekstrem, melainkan telah menjadi bagian dari tren wisata alam saat ini. Meski sarat akan risiko, semakin banyak orang yang ingin mencoba, termasuk mereka yang tidak memiliki latar belakang pendakian.
Jurnal ilmiah berjudul Persepsi Risiko Keselamatan dalam Kegiatan Pendakian Gunung mengungkapkan, seiring meningkatnya minat, batas antara pendakian gunung dan wisata biasa kian kabur. Padahal, menurut sejumlah studi, kegiatan pendakian gunung tergolong olahraga dengan risiko tinggi yang melibatkan proses pengambilan keputusan dalam situasi tak pasti dan penuh tantangan.
Ketidakpastian selama perjalanan, medan asing, dan potensi dampak dari setiap keputusan menjadikan aktivitas ini lekat dengan unsur petualangan dan risiko.
Adapun tingkat risiko dalam pendakian bergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan. Misalnya pada pendakian ringan yang umumnya melibatkan jalur pendek dan pendamping profesional, relatif memiliki risiko rendah, dan persepsi bahaya yang terkendali. Namun, pada pendakian berat yang menuntut pengalaman, komitmen fisik, dan keahlian teknis, risiko menjadi jauh lebih tinggi.
Risiko Mendaki Gunung
Sebelum melangkah ke jalur pendakian, penting untuk memahami risiko yang ada. Banyak risiko mendaki meningkat akibat kesalahan yang dilakukan pendaki, khususnya bagi pendaki pemula.
Dikutip dari laman Discover Altai dan Embracing The Wind, berikut beberapa risiko yang dihadapi ketika mendaki gunung:
1. Cuaca Buruk
Daerah pegunungan dikenal dengan perubahan cuaca yang cepat. Pendaki sering menghadapi badai salju, angin kencang, suhu dingin ekstrem, atau badai tak terduga. Kondisi ini meningkatkan risiko radang dingin, hipotermia, dan visibilitas rendah yang mempersulit navigasi.
Terkait cuaca memang tidak bisa dikendalikan, tetapi sebagai pendaki bisa bersiap untuk mitigasi risiko. Selalu periksa ramalan cuaca sebelum berangkat. Jika diprediksi akan badai, sebaiknya tunda pendakian untuk menghindari bahaya.
Selalu perhatikan perubahan suhu, terutama jika mendaki ke ketinggian yang lebih tinggi, di mana suhu lebih dingin dan sering berangin. Gunakan pakaian berlapis dan bawa jaket, topi, atau sarung tangan.
2. Lingkungan dan Topografi
Salah satu kesalahan pendaki pemula adalah tidak meneliti medan dan lingkungan pendakian. Lingkungan dan topografi jalur pendakian sangat memengaruhi pengalaman. Mendaki gunung tentu perlu antisipasi pendakian curam sebab jarak pendek dengan kenaikan elevasi besar bisa lebih sulit daripada jalur datar yang panjang.
Selain itu, jalur berbatu atau dekat tebing meningkatkan risiko cedera seperti terkilir atau jatuh, terutama di dekat air terjun dengan bebatuan licin. Gunakan tongkat pendakian untuk stabilitas saat menanjak, menurun, atau menyeberang sungai.
3. Penyakit Ketinggian
Kenaikan elevasi atau ketinggian dapat mengurangi kadar oksigen di udara yang juga menyebabkan penyakit ketinggian. Gejalanya meliputi sakit kepala, mual, pusing, dan kelelahan. Dalam kasus parah, kondisi seperti edema paru ketinggian tinggi (HAPE) atau edema otak ketinggian tinggi (HACE) yang bisa mengancam jiwa. Kondisi fisik yang baik tidak menjamin bebas dari penyakit ini.
4. Tersesat dan Kekurangan Air
Risiko mendaki semakin tinggi antara lain karena kelalaian pendaki seperti kurangnya pengetahuan, pemilihan keputusan yang buruk, atau terlalu percaya diri. Salah satunya adalah tidak membuat rencana pendakian dan tidak memberikannya kepada keluarga ataupun kerabat yang pada akhirnya apabila hilang kontak akan sulit untuk ditemukan.
Penting untuk meneliti jalur sebelumnya melalui laporan daring atau peta.Selain itu, air juga sangat penting di jalur pendakian. Minimal 2 liter air per hari disarankan dengan tetap tergantung cuaca. Jika ada sumber air di jalur, pastikan menyaringnya sebelum diminum. Bahkan untuk pendakian singkat, bawa air untuk mengantisipasi situasi tak terduga.
5. Cedera di Jalur
Cedera sering terjadi karena keputusan yang buruk, seperti memakai sepatu yang tidak sesuai yang dapat menyebabkan lecet. Kelelahan akibat terlalu memaksakan diri meningkatkan risiko tersandung atau jatuh. Selain itu, mengambil foto selfie di lokasi berisiko, seperti dekat tebing, juga telah menyebabkan cedera atau kematian. Selalu bawa kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) untuk mengatasi luka kecil atau lecet.
Pilihan Editor: Pentingnya Mentorship saat Pendakian Gunung