AMERIKA Serikat melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu malam, 21 Juni 2025. Serangan yang menyasar fasilitas di Isfahan, Natanz, dan Fordow ini segera menuai kecaman keras dari dunia internasional, termasuk berbagai kalangan di Indonesia.
Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menjadi salah satu pihak yang menyuarakan keprihatinan mendalam. Mereka mengecam keras tindakan militer sepihak yang dilakukan AS terhadap Iran, terutama mengingat serangan tersebut dilancarkan di tengah berlangsungnya perundingan antara Iran dan Uni Eropa di Swiss.
Ketua BKSAP DPR, Mardani Ali Sera, dalam keterangan resminya di Jakarta pada Ahad, 22 Juni 2025, seperti dikutip dari Antara, menegaskan, “Tindakan sepihak Amerika Serikat tidak hanya memperburuk konflik yang ada, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap mekanisme diplomasi internasional.”
Mardani melanjutkan bahwa serangan AS ke Iran ini jauh lebih dari sekadar agresi fisik. Menurutnya, insiden tersebut merupakan tamparan keras terhadap prinsip-prinsip multilateralisme dan komitmen terhadap penyelesaian damai melalui jalur diplomasi.
Ia menyoroti bahwa peluncuran serangan yang bersamaan dengan pertemuan diplomatik antara delegasi Iran dan Uni Eropa di Swiss secara terang-terangan menunjukkan penolakan terhadap ruang dialog. Mardani menekankan bahwa insiden ini menjadi pengingat krusial akan peran strategis parlemen di seluruh dunia dalam mencegah konflik dan menjaga perdamaian global.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menegaskan bahwa kekuatan militer tidak seharusnya menjadi alat utama dalam menyelesaikan sengketa internasional. Sebaliknya, ia menyerukan, “Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai yang berkelanjutan.”
Analis: Serangan AS ke Iran Kian Membuat Dunia dalam Ketidakpastian
Sementara itu, Muhammad Syaroni Rofii, analis kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI), menilai bahwa serangan sepihak AS terhadap Iran ini semakin memperparah ketidakpastian global.
Menurut Syaroni, selama ini Iran memandang AS sebagai mediator penting dalam isu nuklir. Namun, tindakan sepihak yang dilakukan tanpa restu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini telah mengikis posisi AS sebagai pemimpin global yang netral dan kredibel.
Syaroni menuturkan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Iran ini telah memicu respons keras dari Teheran. “Petinggi Iran bahkan sempat menyinggung akan menargetkan aset militer AS di kawasan jika Amerika Serikat sampai ikut campur lebih jauh. Yang pasti Iran tidak akan tinggal diam,” ujarnya.
Lebih lanjut, Syaroni menegaskan bahwa dampak serangan AS ke Iran ini juga akan terasa signifikan pada kondisi kawasan Timur Tengah saat ini.
Ia memprediksi, “Kawasan Timur Tengah tentu akan bergejolak, sebab sekutu AS di kawasan tentu berharap Amerika Serikat dapat menggunakan pendekatan diplomatik. Namun, dengan adanya peristiwa ini, eskalasi konflik berpotensi terjadi di beberapa titik strategis.”
Pada level global, Syaroni berpendapat bahwa insiden ini akan memicu ketegangan karena para aktor internasional berpotensi tidak lagi menganggap hukum internasional dan konsensus sebagai pedoman utama. Dampak paling nyata, lanjutnya, adalah pada ekonomi global. “Harga minyak berpotensi melonjak, dan rantai pasok global berpotensi terganggu secara masif manakala eskalasi terus-menerus terjadi,” jelas Syaroni.
Namun, ia menambahkan bahwa konflik di kawasan Timur Tengah saat ini tidak berpotensi berkembang menjadi Perang Dunia III. Alasannya, perang besar umumnya melibatkan konfrontasi langsung antarnegara besar. “Yang akan terjadi ke depannya lebih mirip dengan era Perang Dingin, di mana perang melalui proxy yang akan lebih dominan,” pungkasnya.
Kemenlu: WNI yang Dievakuasi dari Iran Diterbangkan Senin
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mengonfirmasi bahwa proses evakuasi WNI dari Iran akan dilanjutkan dengan pemulangan secara bertahap mulai Senin, 23 Juni 2025. Langkah ini diambil menyusul memburuknya situasi keamanan di Iran akibat serangan udara AS.
Direktur Pelindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha, dalam pernyataan tertulisnya pada Ahad, menguraikan rencana pemulangan. “Rencana penerbangan tahap pertama akan dilakukan dengan pesawat komersial pada Senin, 23 Juni, dan diperkirakan tiba di Jakarta pada 24 Juni,” tuturnya.
Judha menjelaskan bahwa Kemenlu terus memonitor kondisi 97 orang yang telah berhasil diseberangkan dari Iran ke Azerbaijan sebagai bagian dari persiapan pemulangan ke Tanah Air. Ia memastikan bahwa seluruh rombongan, yang terdiri dari 93 WNI, 3 staf kedutaan, dan 1 warga negara Iran pasangan WNI, berada dalam kondisi aman di Baku, ibu kota Azerbaijan.
Kemenlu, lanjut Judha, juga terus memonitor perkembangan situasi pasca-serangan AS ke fasilitas nuklir Iran untuk menentukan langkah evakuasi selanjutnya.
Dalam dokumentasi gambar yang dirilis pada Ahad, terlihat Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan (BDSP) dan Juru Bicara Kemenlu RI, Rolliansyah Soemirat, yang baru awal tahun ini dilantik sebagai Duta Besar RI untuk Iran, turut mendampingi para WNI yang dievakuasi hingga ke Kota Astara, di perbatasan Iran-Azerbaijan, pada Sabtu malam waktu setempat.
Meskipun demikian, Kemenlu menyatakan bahwa mereka belum dapat menyampaikan rincian lebih lanjut mengenai operasional evakuasi yang sedang berlangsung kepada publik secara sepenuhnya, dengan alasan keamanan yang krusial.
Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Pilah-Pilih Peristiwa dalam Penulisan Ulang Sejarah