Teheran di Bawah Ancaman: Jet Israel Bikin Warga Cemas?

Penulis: Kasra Naji/BBC Indonesia

weplaywordgames – Ketakutan dan stres terpancar jelas dari suara seorang jurnalis BBC yang tinggal di Teheran, Iran, saat berkomunikasi dengan saudaranya melalui aplikasi WhatsApp yang sesekali terputus. Dalam percakapan singkat itu, satu pertanyaan besar mendominasi benaknya: kepastian akan masa depan.

“Apa yang akan terjadi? Apa yang harus kami lakukan?” tanyanya, cemas.

Baca juga: Israel Dihujani Rudal Iran, Hantam Dekat Kantor Microsoft di Beersheva

Kecemasan ini dipicu oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump, yang menyarankan warga Teheran untuk mengungsi. “Apakah dia serius?” ujarnya, mempertanyakan realitas ancaman yang membayangi.

Sejak Kamis malam, rentetan serangan udara oleh pesawat-pesawat tempur Israel telah mengguncang Teheran. Langit ibu kota berulang kali dirobek oleh suara gemuruh pesawat dan ledakan tembakan antipesawat Iran, yang sayangnya, sebagian besar tidak efektif.

Dari apartemennya di lantai atas sebuah gedung tinggi, saudari jurnalis BBC itu menyaksikan langsung kengerian yang terjadi. Pemandangan itu, alih-alih memberikan informasi, justru semakin membebani pikirannya.

Militer Israel bahkan telah mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga di distrik tempat tinggalnya, sebuah area yang membentang beberapa kilometer ke segala arah. Namun, dia memilih untuk tetap tinggal, sebuah keputusan yang dilandasi keyakinan.

Baca juga: Khamenei Dihadapkan 2 Pilihan Sulit dalam Perang Israel-Iran

Menurut pengetahuannya, tidak ada target militer yang berlokasi di dekat apartemennya. Meskipun demikian, kekhawatiran tetap menghantuinya, terutama terkait sebuah unit komersial di dekat tempat tinggalnya yang diduga dimiliki oleh Korps Garda Revolusi Iran dan berpotensi menjadi sasaran serangan. Ia sendiri tidak mengetahui secara pasti kegiatan apa yang dilakukan perusahaan tersebut.

Ketidakpastian ini mencerminkan realitas yang dihadapi banyak warga Teheran. Banyak yang tidak tahu siapa tetangga mereka, atau apakah ada target militer tersembunyi di dekat mereka. Kerahasiaan yang menyelimuti aktivitas Korps Garda Revolusi Iran semakin memperburuk kecemasan masyarakat.

Di tengah kekacauan ini, listrik dan air masih tersedia di sebagian besar wilayah ibu kota, namun pasokan makanan semakin menipis. Banyak toko telah menutup pintunya, dan semakin banyak lagi yang akan menyusul. Bahkan toko roti, sumber makanan pokok, telah tutup, sebagian karena kekurangan tepung, dan sebagian lagi karena pemiliknya telah mengungsi.

Baca juga: Iran Bakal Gugat Kepala Badan Nuklir PBB yang Diam Soal Serangan Israel

Berbeda dengan ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan warga yang telah meninggalkan kota, saudari jurnalis BBC itu memilih untuk bertahan. Keputusan ini kemungkinan besar didasari oleh ketiadaan tujuan yang jelas.

Meskipun jalanan padat dan terjadi kelangkaan bahan bakar, arus pengungsi terus membanjiri Teheran dalam beberapa hari terakhir. Jalanan yang biasanya ramai dengan kendaraan kini tampak sunyi dan mencekam.

Mereka yang masih bertahan di kota nyaris tidak berani meninggalkan rumah, dihantui oleh ketakutan akan serangan yang bisa datang kapan saja.

Namun, ada sedikit tanda-tanda perubahan. Laporan terbaru menunjukkan bahwa antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar mulai berkurang, dan jalan keluar dari ibu kota tidak lagi terlalu macet. Mungkin, ini adalah indikasi bahwa gelombang eksodus telah mencapai puncaknya.

Sementara itu, warga yang tinggal di dekat fasilitas nuklir Iran hidup dalam ketakutan yang mendalam akan potensi kebocoran radioaktif.

Baca juga: Israel Kuras Anggaran Rp 11 Triliun Sehari dalam Perang Lawan Iran

Lokasi-lokasi sensitif ini telah menjadi sasaran berulang kali serangan Israel dalam beberapa hari terakhir. Badan pengawas nuklir internasional sejauh ini menyatakan bahwa tingkat radioaktivitas di luar dua lokasi yang diserang dan rusak tidak mengalami perubahan. Namun, jaminan ini tidak sepenuhnya meredakan kecemasan masyarakat.

Pertanyaan besar yang terus menghantui benak setiap orang adalah: ke mana semua ini akan bermuara, dan berapa lama serangan ini akan berlangsung?

Dalam situasi yang serba tidak pasti ini, banyak warga Iran beralih ke saluran TV berbahasa Persia yang berbasis di luar negeri untuk mendapatkan informasi.

Layanan TV BBC Persia dan situs webnya telah menjadi sumber berita utama. Lalu lintas situs yang berasal dari dalam Iran telah melonjak hampir dalam semalam, meskipun koneksi internet sangat lambat dan tidak stabil.

Di tengah konflik yang berkecamuk, Trump telah menyerukan agar Iran menyerah. Namun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dengan tegas menyatakan bahwa Iran tidak akan menyerah, menegaskan sikap perlawanan terhadap tekanan eksternal.

Artikel ini pernah tayang di BBC Indonesia dengan judul Kehidupan di Teheran saat jet-jet Israel terbang di atas kepala.

Baca juga: Oposisi Iran Serukan Aksi Jalanan, Reza Pahlavi Siap Pimpin Transisi Politik